Jumat, 16 Agustus 2013

Didikan Belanda

Pernah melihat anak umur 9 tahun ditampar oleh ibunya ?.... dia meringis kesakitan memegangi dua pipinya. airmatanya menetes. Dia tidak membalas.ibunya makin beringas, diambilnya sapu ijuk dan gagangnya di ayunkan menuju anak itu, ia menjerit, memegangi kakinya. "ampun, mama.....ampun mama....." sambil terisak,airmatanya  makin deras menetes. Ibunya meninggalkannya, ia merintih.... lebamnya belum hilang. salah apa anak itu ?

Ini model didikan belanda, katanya. dulu akupun di perlakukan seperti itu. setiap kali tak mau tidur siang,kata sang ibu. terbukti bikin anak kapok dan tidak berani melawan.setiap selesai makan siang dan menyiapkan buku pelajaran, harus tidur siang. sore nanti setelah jam 4, harus mandi dan mengerjakan pe er, baru boleh nonton tivi, kalo laper biar mbok minah yang menyiapkan pisang goreng dan teh hangat sebagai kudapan. semua berjalan teratur hingga lulus sekolah lanjutan atas.

Lepas belenggu ketika manjadi mahasiswa. tidak ada aturan tidur siang dan mengerjakan pe er, karena papi dan mami tidak pernah mengontrol pe er. yang penting IPK tidak boleh melorot dari angka 3. lagi pula, mereka tak tahu apa aku  membuat tugas atau membolos kuliah, dosen pun tak peduli, demikian ibunya berkisah.

Haruskah anak umur sembilan tahun ini menanggung derita hingga usianya 17 ? dipukuli,ditampar, jika tidak tidur siang ?. disiplin,katanya. Bukannya di dzolimi ? ahhh..... lebam pipi itu mau seberapa tebal kalau ditampar tiap hari ? gampanglah mencari obat penghilang lebam, di apotik pun tersedia banyak, tapi jiwa yang terkoyak karena perilaku kasar ini apa obatnya ? kemana harus mnghilangkannya ?, lazimnya cerita pun akan menurun bak warisan, atas nama didikan belanda dan disiplin.

Aaaaahh.........Ironi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar